Rabu, 03 Mei 2017

Terminal Mengwi, Bali - Semua penumpang turun! teriak preman setempat

Beberapa hari yang lalu ( 29 April 2017 ) saya mengalami kejadian yang cukup mengejutkan dan mungkin akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Ceritanya bermula ketika aku pergi ke Bali untuk berlibur dan mencoba berpetualang ala Backpacker saya mencoba menggunakan jalur darat dari Kota Malang menggunakan kereta lalu dari stasiun naik bis yang berhenti di depan stasiun menunggu penumpang. Rencana saat itu aku mencari transportasi dari penyebrangan di Banyuwangi ke stasiun Ubung, Bali.

Lalu aku dan tiga orang rekanku saat itu bertemu dengan seorang kernet / calo bis saat itu, lalu mulailah percakapan kita saat itu.

Saya : Permisi pak, bis arah ke terminal Ubung apa tidak?
Kernet : Iya mas, untuk berapa orang?
Saya : Untuk 4 orang, berapa pak?
Kernet : 80 ribu mas..
Saya : 60 ribu aja ya pak, kan ber'empat ini..
Kernet : Tambahin 5 ribu wes mas..
Saya : Ok pak, 65 ribu ya..

Setelah nego-nego di depan akhirnya kita sepakat yang tarif dari lokasi itu ke terminal ubung yaitu sebesar 65 ribu rupiah. Naiklah aku saat itu ke atas bis dengan tulisan D*M*I, dengan warna cat bis berwarna biru dan terlihat seperti bis baru. "Keren juga ini bis, pasti perjalanan akan lancar dan nyaman.." pikirku saat itu karena melihat kondisi bis yang lebih terlihat baru daripada bis lainnya yang parkir menunggu penumpang saat itu.

ilustrasi bis
Tidak cermatnya aku dalam menggali informasi ketika traveling ternyata membawa aku ke pengalaman yang tidak terlupakan saat itu. Dari pelabuhan Ketapang - Banyuwangi, bis mulai berangkat menyebrangi laut menuju ke pelabuhan Gilimanuk - Bali. Memulai perjalanan dengan bis saat itu sekitar jam setengah satu dini hari. Ditengah perjalanan aku tertidur lelap, tibalah bis tersebut di terminal Mengwi di Kabupaten Badung, Bali. Dengan kondisi setengah sadar kira-kira pukul setengah 5 pagi, tiba-tiba aku terkejut saat itu tiga sampai empat orang berkaos hitam dengan tulisan "Transport" di dada sebelah kiri saat itu naik ke atas bis dan menyuruh semua penumpang untuk turun dari bis dan begini katanya.

Oknum : Semua penumpang diharap turun, ini terminal pemberhentian terakhir.
*karena rata-rata orang yang naik di bis tadi nego sama kernet turun di Ubung, jadi banyak yang tidak beranjang dari kursi duduk karena kita sadar disini bukanlah tujuan kita..
Oknum : Semuanya turun! ini sudah pemberhentian terakhir, ayo turun! *mulai menggertak
*sebagian penumpang akhirnya mulai turun, namun masih ada yang bingung dan diam di kursi
Oknum : Hei dengar apa tidak, cape ngomong berkali-kali.. Turun semua!
*akhirnya aku pun mulai turun bersama sisa penumpang lainnya, namun saat itu masih tersisa satu penumpang yang sepertinya juga orang lokal setempat masih duduk di kursi belakang
Oknum : Woi kamu yang di belakang punya telinga atau engga? Turun kamu! 
*saat itu aku lihat dua orang preman tersebut mulai mendekati pria tersebut, lelah dengan gertakan preman tersebut dan tidak ingin cari ribut, akhirnya dia ikut turun juga

Mungkin karena saat itu kondisiku baru terbangun dari tidur dan kaget akan kejadian tersebut, aku lupa untuk mengingat plat bis tersebut, lagipula mengeluarkan hp untuk merekam kejadian saat itu mungkin bukanlah suatu tindakan yang tepat di suasana mencekam saat itu. Anehnya saat kejadian itu berlangsung, kernet dan driver bis itu tadi tidak ada di tempat, lalu setelah para preman tersebut turun, kernet dan driver bis ini tadi naik dan meneruskan perjalanannya. Saya tidak paham apakah mereka ini sudah bersekongkol atau mereka sudah diancam preman setempat. Tidak lama kemudian, barulah aku sadar ternyata orang-orang ini tadi adalah seorang supir transportasi lainnya dari stasiun Mengwi dengan tujuan ke stasiun Ubung, Denpasar dan Kute setelah mereka menawarkan jasa transportasi tersebut kepadaku, rekan-rekanku dan para penumpang lainnya saat itu.

Dalam rombonganku saat itu terdapat seorang bapak yang tidak lagi muda, mengalami kejadian tersebut tentu membuatnya shock dan mengalami pusing berat. Akhirnya aku putuskan untuk kita ambil waktu istirahat sebentar duduk di terminal itu untuk mengumpulkan tenaga dan memulihkan kondisi kita yang cukup tegang pada saat itu. Saat kita istirahat para supir yang bergaya ala preman ini tadi terus menawarkan jasa transportasi mereka, ke terminal Ubung 15 ribu dan ke Denpasar kena 50 ribu. Tidak sudi memberikan uang kepada orang-orang yang telah memperlakukan kita dengan kurang terpuji, akhirnya aku dan rekan-rekan mencoba berjalan kaki keluar dari terminal tersebut dengan alasan ingin mencari makan terlebih dahulu disekitar sini karena kita merasa kurang sehat dan kelelahan ketika mereka terus menawarkan jasa transportasi mereka saat itu, tentu saja itu hanyalah alibi saja. Singkat cerita kita menggunakan minibus ke terminal Ubung setelah kita menunggu bis lewat di pinggir jalan agak jauh dari lokasi terminal Mengwi ini tadi.

Dari pengalamanku ini tadi, mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi kalian para Backpacker lainnya yang ingin ke Bali melalui jalur darat, saranku ketika kalian menggunakan transportasi Kereta Api, turun di stasiun Banyuwangi Baru, kalian berjalanlah sekitar kurang lebih tiga ratus meter ke pelabuhan Ketapang untuk melakukan penyebrangan sendiri. Setelah kalian menyebrang, carilah minibus yang mencari penumpang di sekitar pelabuhan Gilimanuk tersebut, satu hal lagi jangan mudah percaya dengan kernet, pastikan bis yang kalian tumpangi tidak mampir ke terminal Mengwi, akan lebih bagus bila langsung turun di terminal Ubung dan satu hal lagi yang paling penting jangan malas bertanya ke orang setempat tentang transportasi yang akan kamu naiki, usahakan jangan bertanya ke calo atau driver tansportasi setempat, karena tentulah jawaban yang akan kamu dapatkan adalah jawaban yang menguntungkan bagi mereka, bukan kamu! Tetapi akan lebih baik apabila kamu bertanya ke orang setempat atau ke sesama penumpang yang ada di sekitarmu saat itu.

hasil googling kejadian serupa ( 03 Maret 2017 )

Belajar dari hal ini, saya coba googling tentang apa yang aku alami di hari itu, ternyata kejadian tersebut sudah sering sekali terjadi dan sudah banyak artikel yang membahas tentang kejadian serupa, tetapi entah mengapa pemerintah setempat seakan masih tutup mata dan telinga atas kejadian ini, apa memang tidak ada yang berani melapor atau memang hal ini sengaja dibiarkan begitu saja. Saya berharap sih kedepannya terminal tersebut akan menjadi lebih baik lagi apabila memang benar-benar ingin menjadi terminal kedatangan alternatif dari terminal Ubung, karena tentu karena ulah segelintir orang yang tidak bertanggung jawab bisa saja merusak citra Bali di mata para wisatawan baik yang berasal dari domestik maupun internasional. Tetapi dari kejadian ini, aku masih belum kapok untuk traveling ke Bali untuk kedepannya, justru ini bisa jadi pelajaran berharga, karena bagiku indahnya alam dan suasana Bali masih jauh lebih mengenang di hati ketimbang perlakuan para oknum di terminal Mengwi tadi.. Hehehe.. Salam Backpacker!

Sumber : Pengalaman Pribadi

UPDATE BERITA 25 OKTOBER 2017

Bus AKAP Resmi Beroperasi di Terminal Mengwi
Saya cek kembali dari Google hari ini, sekarang Terminal Mengwi resmi menjadi terminal pusat di Bali. Untuk teman-teman backpacker yang masih penasaran bisa langsung googling ke TKP. Besar harapan saya supaya pihak terkait juga terus untuk melakukan sosialisasi kepada setiap pengunjung dan wisatawan yang belum paham dengan kebijakan ini. Hal yang terpenting juga supaya setiap kebijakan juga mengutamakan kepuasan penumpang, jangan sampai ada lagi penumpang yang dibentak-bentak ketika berada di terminal tersebut dan harus ada tindak lanjut juga untuk para petugas bus yang tidak jujur karena setiap nyari penumpang ngomongnya selalu turun di terminal Ubung padahal penumpang diturunkan di terminal Mengwi. Karena mau bagaimanapun juga, berkembangnya suatu pariwisata juga karena wisatawan.

Bagikan

Jangan lewatkan

Terminal Mengwi, Bali - Semua penumpang turun! teriak preman setempat
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

13 comments

Tulis comments
avatar
22 Oktober 2017 pukul 16.34

Katanya orang Bali ramah-ramah, tapi udah berapa kali saya dibentak sama orang Bali karena saya pendatang. Termasuk juga pernah diperlakukan sama di Mengwi. Terkadang jadi pendatang di Bali hati agak was-was, di kata katain nak selam lah... lain lah kalau orang Bali ada di Jawa. Tenang aja hidupnya.....

Reply
avatar
24 Oktober 2017 pukul 07.23

Nggak di terminal Mengwi nggak di Ubung sama saja Mas kelakuan premannya. Tp memang terminal Mengwi adalah terminal Tipe A yg khusus untuk menurunkan/menaikkan penumpang yg mau ke/dari Jawa. Sedangkan terminal Ubung adalah tipe C, khusus mobil angkotan kota saja, cuma kadang2 bus AKAP ada yg menurunkan penumpang di Ubung. sejak 23 Oktober 2017, ada kebijaksanaan baru semua bus AKAP masuk ke terminal Mengwi.

Reply
avatar
25 Oktober 2017 pukul 15.18

Harap bersabar mas, karena ga semua orang Bali kaya gitu juga kan, mungkin memang hanya sebagiannya lagi belum open minded saja.

Reply
avatar
25 Oktober 2017 pukul 15.21

Iya nih, sekarang udah diresmikan. Cuma mungkin sosialisasinya aja yang kurang dan cara memperlakukan wisatawan-nya juga harus diperbaiki. Supaya orang ga kapok ke Bali naik transportasi darat, karena ini juga jadi sumber mata pencarian mereka juga kan.

Reply
avatar
26 Oktober 2017 pukul 10.42

Terus baikx klo dari Malang n MW menghindari calo n preman naik apa yah ?? Apa ada yah bus yg turun d terminal terus kita langsung dpt angkutan lainx agar gak lama2 d terminal soalx agak ngeri klo dger cerita2 d terminal Bali rata2 gak aman -_-

Reply
avatar
26 Oktober 2017 pukul 15.20

Sebenarnya calo atau preman itu tidak mungkin kita hindari apabila menggunakan transportasi umum dan melalui jalur darat mas. Karena apabila melalui jalur darat dari Malang ke Bali menggunakan transportasi umum, mau ga mau kita nantinya pasti akan singgah di terminal Mengwi yang sudah diresmikan sekarang. Hal yang penting apabila kita menghadapi mereka, tetap tenang dan apabila harus menolak cobalah untuk mencari bahasa yang halus dan sikap yang bersahabat, intinya mereka ga berbahaya kok selama kita bisa jaga sikap dan tidak bikin mereka sakit hati. Kalau mau benar-benar menghindari hal ini ya cuma tiga cara, pertama naik pesawat, kedua naik kendaraan pribadi dan ketiga ya naik mobil travel dari pelabuhan ketapangnya mas agar langsung ke kota nya mas.

Reply
avatar
20 Januari 2018 pukul 14.22

Artikel yang menarik mas. karena saya sedang melakukan percencanaan ingin backpaker ke Bali via kereta/darat. Banyak berita yang tak enak seperti ini membuat perencanaan harus matang walaupun bakalan ada meleset. Nice info mas..

Reply
avatar
29 Januari 2018 pukul 17.02

Sama sama mas Nasrul, terimakasih atas kunjungan dan responnya di blog saya. Saya doakan semoga perjalanannya lancar dan tanpa ada hambatan :)

Reply
avatar
Anonim
5 Juni 2018 pukul 17.48

mudik lebaran masa harus ngadepin preman2???

Reply
avatar
Anonim
5 Juni 2018 pukul 17.50

apa mudik lebaran juga preman dibiarkan mas? saya sama kawan2 mau mudik kan pasti nyari ongkos yg hemat.. otomatis paling hemat ya kereta dari Banyuwangi.. lha tapi tetep harus lewat terminal Mengwi kan..

Reply
avatar
8 Juni 2018 pukul 00.18

Iya harus lewat Mengwi mas, yah banyak berdoa saja supaya suasananya jadi lebih nyaman sekarang :)

Reply
avatar
17 Agustus 2020 pukul 18.11

berhubung bali adalah daerah tujuan wisata international maka diharapkan pihak keamanan khususnya polisi dan pemda setempat harus menindak lanjuti keberadaan preman tersebut dan memberi rasa aman dan nyaman bagi para turis lokal dan mancanegara.

Reply
avatar
17 Agustus 2020 pukul 18.13

berhubung bali adalah daerah tujuan wisata international maka diharapkan pihak keamanan khususnya polisi dan pemda setempat harus menindak lanjuti keberadaan preman tersebut dan memberi rasa aman dan nyaman bagi para turis lokal dan mancanegara.

Reply

Silahkan tulis komentar anda dengan cerdas, sopan dan mudah dipahami. Terimakasih :)